DESA SEMPU adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Ngancar Kabupaten
Kediri. Di desa Sempu mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah
petani. Desa dibagi menjadi 3 dusun, yakni Dusun Sempu, Dusun
Ringinsari, Dusun Sumberpetung. Dari ke 3 pembagian tersebut,
masing-masing dusun memiliki sejarah dan asal muasal yang berbeda dan
dusun Sempu lah yang memiliki asal usul paling tua dibandingkan dengan
dusun yang lain. Dengan kearifan lokal para sesepuh pada saat itu ke 3
dusun tersebut dijadikan menjadi satu yaitu Desa Sempu, berikut ini asal
muasal desa Sempu .
Menurut para tetua desa, dahulu kala Sempu merupakan daerah belum
berpenghuni yang lingkungannya banyak ditumbuhi pepohonan yang lebat dan
besar serta memiliki suhu yang dingin. Diawali ole beberapa Keluarga
membuka lahan untuk di jadikan tempat pemukiman dan lahan pertanian,
seiring dengan berjalannya waktu menjadi suatu kumpulan masyarakat. Nama
desa Sempu sendiri menurut cerita diambil berdasarkan daerah yang
dijadikan tempat persembunyian tersebut memiliki suhu yang dingin
sehingga para pelarian tersebut sering mengalami kedinginan/katisen
istilah orang Jawa " Bediding ", sejak saat itu untuk menandai hal
tersebut diabadikan menjadi tetenger (penanda) untuk menjadi nama desa
yaitu Pohon Sempu. Berawal dari situlah sebagai bentuk penghargaan pada
dusun Sempu yang merupakan cikal bakal berdirinya Desa Sempu kemudian
dijadikan nama desa dan pusat pemerintahan berada di dusun Sempu.
Pada masa baru terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Desa
Sempu secara adminitrasi masuk kewilayah Desa Manggis. Seiring dengan
kebijakan dan keputusan dari Pemerintah maka sejak tahun 1970
terbentuklah Desa Sempu yang terbagi menjadi 3 ( tiga ) dusun yaitu :
dusun Sempu, dusun Ringinsari dan dusun sumberpetung, Desa Sempu
merupakan salah satu desa dalam wilayah Kabupaten Kediri yang merupakan
desa yang terletak paling Timur wilayah Kecamatan Ngancar dan terletak
didataran tinggi dengan ketinggian 500 - 600 M dari atas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah Desa Sempu memiliki batas sebagai berikut
:
Sebelah Utara : Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar
Sebelah Selatan : Desa Sumberasri Kecamatan Nglegok Blitar
Sebelah Timur : Perhutani
Sebelah Barat : Desa Manggis Kecamatan Ngancar
Luas wilayah Desa Sempu adalah ± 260 Ha (3,7 km2) yang terdiri dari 40
rupa pemukiman, 60 rupa daratan yang digunakan untuk lahan pertanian
dengan didominasi oleh kegiatan pertanian di tanah tegal ( Ladang )
yaitu Tebu, Nanas, Ketela, Holtikultura dan sebagai andalan penghasilan
masyarakat adalah sebagai petani cengkih. Sebagaimana wilayah tropis,
Desa Sempu mengalami musim kemarau dan musim penghujan dalam tiap
tahunnya.
Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui
perjalanan darat kurang lebih 45 km dengan waktu tempuh menggunakan
kendaraan bermotor mencapai kurang lebih 60 menit. Sedangkan jarak pusat
desa dengan ibu kota kecamatan adalah 7 Km dengan waktu tempuh
menggunakan kendaraan bermotor mencapai kurang lebih 15 menit.
Menurut para tetua desa, dahulu kala Sempu merupakan daerah belum berpenghuni yang lingkungannya banyak ditumbuhi pepohonan yang lebat dan besar serta memiliki suhu yang dingin. Diawali ole beberapa Keluarga membuka lahan untuk di jadikan tempat pemukiman dan lahan pertanian, seiring dengan berjalannya waktu menjadi suatu kumpulan masyarakat. Nama desa Sempu sendiri menurut cerita diambil berdasarkan daerah yang dijadikan tempat persembunyian tersebut memiliki suhu yang dingin sehingga para pelarian tersebut sering mengalami kedinginan/katisen istilah orang Jawa " Bediding ", sejak saat itu untuk menandai hal tersebut diabadikan menjadi tetenger (penanda) untuk menjadi nama desa yaitu Pohon Sempu. Berawal dari situlah sebagai bentuk penghargaan pada dusun Sempu yang merupakan cikal bakal berdirinya Desa Sempu kemudian dijadikan nama desa dan pusat pemerintahan berada di dusun Sempu
Pada masa pembukaan hutan (babat hutan) pertama yang dibuka untuk pemukiman terjadi sekitar tahun 1943 yang pada saat itu Indonesia masih dalam masa jajahan pemerintahan Jepang yang secara administrative wilayah ini masih menjadi bagian dari lingkup wilayah kecamatan wates. Dan pada tahun 1950 sudah menjadi pemukiman. Menurut salah satu saksi hidup yang juga termasuk sesepuh desa yaitu Mbah Kuat orang-orang yang ikut dalam pembukaan hutan (babat hutan) yaitu seperti Pak Pangat, Kartodiran, Kartobejan, Kartorakiman, dan Mbah Bais yang pada saat itu membuka hutan bagian utara . Sedangkan tambahan dari mbah Boinem pembukaan hutan juga diikuti oleh Mbah Atim dan pekerja romusa suruhan tentara Jepang yang pada saat itu membuka hutan bagian barat. Dahulu wilayah ini masih disebut alas shiu namun karena sudah dibuka menjadi pemukiman kemudian dinamakan Sempu. Dasar pemberian nama diambil dari sebuah nama pohon besar yang terdapat diujung tenggara (pojok) hutan yaitu pohon sempu.
Pada masa sudah menjadi pemukiman tahun 1950, wilayah sempu secara administrative masuk dalam lingkup Desa Manggis yang pada saat itu dipimpin oleh lurah bernama Bapak Suroto. Kemudian setelah peristiwa G30S PKI yang terjadi tahun 1965-1969 penduduk sempu dengan berjalanya waktu penduduk semakin banyak dan semakin padat dikarenakan banyaknya pendatang dari luar daerah seperti Mbah Karni dan Mbah Cikrak (Ponorogo), Mbah Karsonawi (Madiun), Mbah Surip (Blitar Selatan) maka terjadi pemecahan wilayah yaitu sempu menjadi desa baru. Kemudian lahirlah Desa Sempu menjadi desa baru yang terdiri dari tiga dusun diantaraya Dusun Sempu, Dusun Ringinsari, dan Dusun Sumberpetung yang ketika itu ditunjuk Bapak Sukoharjo sebagai lurah karteker sekaligus sebagai lurah pertama Desa Sempu. Setelah kepemimpinan Bapak Sukoharjo selesai, kemudian ditunjuk PJ lurah yaitu Bapak Handanimulyo yang biasa dikenal oleh warga sempu sebagai mbah Kepolo kampong (kepala kampung). Kemudian setelah itu barulah ditunjuk kembali lurah baru bernama Bapak Darminto yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris Desa Manggis. Sekaligus pada masa kepemimpinan Bapak Darminto Desa Sempu mempersiapkan penyelenggaraan pilkades yang pertama sehingga terpilih Bapak Yuwono sebagai kepala desa.